BZWI8C3qMxmdvudEkXnedhGzdjepF89oa9U6FDLb

Featured Post

Perjalanan Field Trip belajar bersama SMP Marie Joseph

P ostingan ini menjelaskan tentang tiga hal. Pertama penjelasan umum tentang kriteria penilian, kedua tulisan asli sebelum diedit dan ketiga dihadirkan tulisan yang sudah diedit. Mari kita simak bagian pertama, hal yang dinilai dalam tulisan bertaj…

Cerita 1 KAMAR 2 NAMA

Valerie cerita pendek yang ditulis sebagian besar sudah memenuhi kriteria cerpen, yakni jumlah kata, konflik tunggal, menggambarkan kehidupan sehari-hari dan hal lainya. Agar lebih maksimal tolong perhatikan masalah penggunaan kalimat, kalimat yang ditulis harus dipahami pembaca hanya dengan sekali baca.
Panas siang matahari yang terik menyinari suatu tempat di Puncak.
Jika kamu ingin menggambarkan suasana panas matahari, coba beberapa alternatif berikut ini;
  1. Terik matahari yang tidak bersahabat makin terasa dengan pengumuman pembagian kamar yang penuh tanya...
  2. Dua jam menempuh perjalanan yang melelahkan dari Jakarta dan disambut dengan panas yang menyengangat, seperti penghianatan terhadap kehidupan puncak Bogor yang terkenal dingin....
Intinya penggunaan kata yang maknanya sama jangan diulang. Kata panas, siang, matahari, terik; maknanya sama. Selebihnya sudah bagus. Susana tegang terasa dan dialognya pun menarik, hanya sedikit masalah penggunaan kata saja.

CERPEN Satu Kamar Dua Nama 

Cerita 1 KAMAR 2 NAMA
Gambar ilustrasi by Canva
“Yei kita sekamar” aku dan Syllva berteriak nyaris bersamaan, memecahkan ketegangan di ruangan 
aula saat itu. 

Bogor yang terkenal dingin mendadak jadi tidak bersahabat dengan adanya terik matahari yang menyengat. Suasana tidak bersahabat itu makin terasa, setelah menempuh perjalanan Jakarta - Bogor, kurang lebih 2 jam dalam rangka perpisahan kelas 6. Acara tahunan tersebut dikemas dalam nuansa ret - ret yang dihadiri oleh guru pendamping.  

“Teman-teman periksa kembali barang bawaan kalian ya, jangan sampai ada yang tertinggal” perintah guru di dalam bus. 

Setelah turun dari bus, kami semua pun diminta untuk berkumpul di aula. Kegiatan awal retret dibuka dengan merenungkan sebuah video yang ditampilkan oleh guru pendamping. Suasana yang dihadirkan oleh video tersebut mengandung reaksi yang beragam. Ada yang menangis, tetapi ada juga yang merasa lucu. Semua peserta larut dengan suasana hatinya masing-masing. Tak terasa sinar matahari perlahan mulai memudar. Beberapa siswa-siswi ada yang masih merenung dan beberapa sedang melakukan hal lain. 

“Karena waktu sudah sore jadi kita akan segera membacakan pasangan teman sekamar kalian” suara guru itu menarik perhatian semua siswa-siswi menjadi fokus kembali. 

Mendengar hal itu menandakan kegiatan yang dinanti-nantikan oleh semua orang telah tiba. Semua mata siswa-siswi yang duduk di lantai tertuju kepada kertas yang di dipegang oleh guru pendamping. 

“1 kamar hanya diisi 2 orang saja dan pembagian kamar kali ini kami atur agar kalian tidak sekamar dengan teman sekelas. Dan tentunya untuk kamar perempuan dan laki-laki akan dipisah.” ujar guru pendamping. 

Suara jantung yang berdebar, mengharapkan mendapatkan teman sekamar yang cocok memenuhi aula. Siapa sangka namaku disebut pertama kali, aku mulai termenung, berdoa dan berharap agar teman sekamar aku nanti bisa berteman dengan baik selama 3 hari kedepan. Kemudian 1 nama teman yang tidak asing disebut oleh guru, 

“Syllva akan sekamar dengan Valerie” ucap guru. 

Mataku terbuka lebar, mulutku ternganga dan rasa tegang ku mulai menghilang perlahan-lahan. Betapa senangnya aku mendapatkan teman sekamar yang merupakan teman sejak TK. Aku menghampiri guru dan mengambil kunci kamar. Syllva pun menghampiri ku dan kami duduk bersama. Sementara teman yang lain, masih terfokus pada nama berikutnya yang akan disebut. Waktu pun berlalu, setiap siswa-siswi telah mendapatkan pasangan teman sekamarnya. Beberapa teman merasa iri kepada ku dan Syllva, karena kami berasal dari kelas yang sama sedangkan yang lain mendapatkan pasangan dari kelas yang berbeda.

“Semua yang sudah mendapatkan kunci segera mengambil barang bawaan kalian dan pergi ke kamar sesuai dengan nomor kunci kamar. Sedangkan yang belum dipanggil segera menghampiri saya” arahan berikutnya dari guru pendamping. 

Aku dan Syllva pun mengambil barang bawaan kami dan menuju ke kamar yang berada di gedung sebelah aula bersama dengan teman yang lain. Setelah itu kami berdua langsung memasuki kamar, beberes, beristirahat dan bersiap-siap untuk kegiatan selanjutnya pada malam hari (Valerie XI IPA 2 SMA Marie Joseph)

TULISAN ASLI

1 KAMAR 2 NAMA

“YEY, KITA SEKAMAR” sorak ku dan Syllva memecahkan ketegangan di ruangan 
aula saat itu. 

Panas siang matahari yang terik menyinari suatu tempat di Puncak. Setelah 2 jam 
menempuh perjalanan dari Jakarta, akhirnya kami pun tiba di Puncak untuk melaksanakan retret perpisahan kelas 6 yang didampingi oleh beberapa guru.. 

“Teman-teman periksa kembali barang bawaan kalian ya, jangan sampai ada yang 
tertinggal” perintah guru di dalam bus. 

Setelah turun dari bus, kami semua pun diminta untuk berkumpul di aula. Kegiatan 
awal retret dibuka dengan kegiatan merenungkan sebuah video yang ditampilkan. Tak terasa sinar matahari perlahan mulai memudar. Beberapa siswa-siswi ada yang masih merenung dan beberapa sedang melakukan hal lain. 

“Karena waktu sudah sore jadi kita akan segera membacakan pasangan teman sekamar 
kalian” suara guru itu menarik perhatian semua siswa-siswi menjadi fokus kembali. 

Mendengar hal itu menandakan kegiatan yang dinanti-nantikan oleh semua orang telah 
tiba. Semua mata siswa-siswi yang duduk di lantai tertuju kepada kertas yang di dipegang oleh guru pendamping. 

“1 kamar hanya diisi 2 orang saja dan pembagian kamar kali ini kami atur agar kalian 
tidak sekamar dengan teman sekelas. Dan tentunya untuk kamar perempuan dan laki-laki akan dipisah.” ujar guru pendamping. 

Suara jantung yang berdebar, mengharapkan mendapatkan teman sekamar yang cocok 
memenuhi aula. Siapa sangka namaku disebut pertama kali, aku mulai termenung, berdoa dan berharap agar teman sekamar aku nanti bisa berteman dengan baik selama 3 hari kedepan. Kemudian 1 nama teman yang tidak asing disebut oleh guru, 

“Syllva akan sekamar dengan Valerie” ucap guru. 

Mataku terbuka lebar, mulutku ternganga dan rasa tegang ku mulai menghilang 
perlahan-lahan. Betapa senangnya aku mendapatkan teman sekamar yang merupakan teman sejak TK. Aku menghampiri guru dan mengambil kunci kamar. Syllva pun menghampiri ku dan kami duduk bersama. Sementara teman yang lain, masih terfokus pada nama berikutnya yang akan disebut. Waktu pun berlalu, setiap siswa-siswi telah mendapatkan pasangan teman sekamarnya. Beberapa teman merasa iri kepada ku dan Syllva, karena kami berasal dari kelas yang sama sedangkan yang lain mendapatkan pasangan dari kelas yang berbeda.

“Semua yang sudah mendapatkan kunci segera mengambil barang bawaan kalian dan 
pergi ke kamar sesuai dengan nomor kunci kamar. Sedangkan yang belum dipanggil segera menghampiri saya” arahan berikutnya dari guru pendamping. 

Aku dan Syllva pun mengambil barang bawaan kami dan menuju ke kamar yang 
berada di gedung sebelah aula bersama dengan teman yang lain. Setelah itu kami berdua langsung memasuki kamar, beberes, beristirahat dan bersiap-siap untuk kegiatan selanjutnya pada malam hari. 
Related Posts
Martin Ruma
Guru Bahasa Indonesia, Ini adalah tempat saya menyimpan karya tulis siswa

Related Posts

Posting Komentar